Diluar negri kebudayaan Jawa termasuk salah satu budaya dari Indonesia yang paling banyak digemari. Budaya Jawa yang diminati di luar negeri seperti Wayang kulit, Keris, Batik, Kebaya, dan Gamelan. Akan tetapi kali ini saya akan membahas atau membicarakan Provinsi Jawa Tengah yang merupakan jantungnya budaya jawa,Provinsi ini merupakan
Kulinerjuga merupakan bagian dari kebudayaan. Jawa Tengah memiliki banyak kuliner yang unik dan khas. Kuliner Jawa Tengah beberapa diantaranya adalah lemper, getuk, klepon, apem, ketupat brongkos, dan banyak lainnya. Gethuk Lindri menjadi salah satu kuliner khas Jawa Tengah yang juga digemari di berbagai wilaya
ImpressionsBody Care Center Semarang Impressions Body Care Center, adalah pusat perawatan tubuh secara menyeluruh dari perawatan wajah hingga tubuh, terlengkap, modern dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan . L engkap dengan peralatan dan teknologi yang khusus didatangkan dari Amerika dan Eropa. Jasa yang diberikan oleh
Sementarapengurus harian GKJW Jemaat Tulungagung, Edi Putranto mengatakan, saat kejadian ada sejumlah anak yang berlatih musik. Diduga ada kabel yang korsleting di atas tumpukan kursi, sehingga memercikan api. “Saya menduga kabel sound system korsleting dan apinya jatuh ke kursi yang ada di bawahnya,” ujar Edi.
Takmau rugi, pengantin ini bikin paket menu makanan berdasarkan besarnya sumbangan tamu. TRIBUNSTYLE.COM - Pernikahan seringkali membutuhkan biaya yang cukup mahal. Tidak mengherankan jika dalam hal hadiah, kebanyakan pengantin baru mengatakan mereka lebih suka uang tunai. Namun hal unik terjadi di
1 Nontoni. Nontoni adalah acara awal dalam serangkaian pernikahan adat Jawa. Secara umum, acara ini dilakukan sebelum pesta inti pernikahan digelar yakni upacara melihat calon pasangan secara langsung. Tradisi nontoni dulu dilakukan karena kedua calon pengantin belum saling kenal. Bahkan ada yang keduanya sama sekali tidak pernah bertemu.
CakImin mengatakan partainya tengah menjajaki komunikasi dengan beberapa partai politik. Dia masih membuka pintu kepada semua pihak yang ingin berkoalisi dengan PKB di ajang Pilkada Jawa Tengah. “Terserah mau PDIP atau koalisi yang lain.
TRIBUNJATENGCOM, KAJEN - Guna mengantisipasi adanya kerumunan saat penerapan PPKM level 4, warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah melaksanakan akad nikah di dalam bus pariwisata yang tengah berjalan.. Saat Tribunjateng.com, Rabu (28/7/2021) sore mengunjungi parkiran bus pariwisata Margo Mulyo yang berada di wilayah Karanganyar,
3Gdrwv. YOGYAKARTA & CENTRAL JAVA Type of Collection CassetteArtist/Group Nyi TjondrolukitoAlbum Title Gending-Geding Jawa Upacara Pengantin Yogya & SoloOrigin Yogyakarta dan SoloLanguage JawaYear of Release 1994Label Fajar RecordSerial number 9279Contributor Museum Musik Indonesia Reference Link Tracklist NOSong TitleSongwriterLead VocalOrigin INDEX 1 YOGYA1BindriNo DataNyi TjondrolukitoYogya2Ladra PengantinNo DataNyi TjondrolukitoYogya3Kidung DhandhanggulaNo DataNyi TjondrolukitoYogya4Ladrang SriwidodoNo DataNyi TjondrolukitoYogya INDEX 2 SOLO1MonggangNo DataNyi TjondrolukitoSolo2Kodok Ngorek LarasmayaNo DataNyi TjondrolukitoSolo3Kidung DhandhanggulaNo DataNyi TjondrolukitoSolo4Ladrang SlametNo DataNyi TjondrolukitoSolo Biography Nyi Tjondrolukito is a legendary sinden Female Javanese Singer who is still remembered as a great artist. Her chanting of the song always choose poetry that contains advice. Her lyrics of the song contain advice to respect your parents, seek knowledge, serve the country and love others. Her real name is Turah, born in Dusun Pogung Sleman in 1921 and died in Jakarta in 1997. Her distinctive, fragrant voice, with the richness of “wangsalan” or strings of songs in karawitan, made herself famous, even since the days of the Dutch East Indies. She is the wife of Ki Tjondrolukito, a courtier of the Yogja Palace who teaches his wife the tunes. Apart from practicing vocals, she also learned to dance at Dalem Danurejan at the age of 12. After being appointed as a palace artist, she was given the name Padhasih by Sri Sultan HB VIII. The distribution of Nyi Tjondrolukito’s works with Yogjakarta or Mataraman uyon-uyon has been produced since joining the RRI Jakarta Kerawitan and recorded in many companies. Her most famous works are the unique style and twist in performing the song of Kutut Manggung and Jineman Uler Kambang, who are still role models for all Javanese singers, especially in wayang kulit performances. About Album The album, entitled Gending Gending Ceremony Penganten Yogya and Solo, was produced by Fajar Record in 1994. Fajar Record is a record label that specializes in publishing music or songs from the Central Java region. In this album, accompanied by the musician Ngesthi Budoyo, led by Ki Tjondrolukito, Nyi Tjondrolukito has composed 8 songs. Four songs are the accompaniment of the Yogya City’s traditional wedding ceremony procession, and the other four songs are for the Solo City’s traditional wedding ceremony. In this album, Nyi Tjondrolukito appeared with a different twist, not following the typical sinden style. Story Through out her life, Nyi Tjondrolukito has maintained the good name of the sinden. She restored the sinden’s role as a true artist and devoted her whole life to bringing the musical arts to life. Until her death in 1997, Nyi Tjondrolukito had composed at least 200 songs and her voice has been recorder in more than 100 cassette albums. She also composed the lyrics of several Javanese songs such as Dhandanggula. In addition to working full time as a song composer, Nyi Tjondrolukito also founded the Ngesti Budaya Dance School. To commemorate her services and work in advancing the world of Indonesian sinden, the Sleman Regency government also immortalized her name as a street name. “Nyi Condrolukito” Street was used to change the name of “Monument Jogja Kembali” Street. Nyi Condrolukito Street stretches from the road from Petinggen Boundary to the intersection of the Jogja Return Monument. Value This recording shows the cultural diversity in the customs of the wedding ceremony in Indonesia. The songs that accompanied the wedding procession in two adjacent areas, namely Yogya and Solo Area, turned out to have different characters. Not to mention the wedding ceremonies in other areas of the archipelago. Writer Usman Mansur-Museum Musik Indonesia >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Biography Nyi Tjondrolukito adalah legenda pesinden yang sampai sekarang masih dikenang sebagai seniwati yang besar. Lantunan sindenanya selalu memilih syair yang berisi petuah atau nasehat. Baik itu nasehat untuk menghormati ibu bapak, menuntut ilmu, berbakti kepada negara maupun untuk mecintai sesama. Nama aslinya adalah Turah, lahir di Dusun Pogung Sleman pada tahun 1921 dan meninggal di Jakarta tahun 1997. Suaranya yang khas, harum, dengan kekayaan “wangsalan” atau untaian tembang dalam karawitan, membuat sosok ini begitu terkenal, bahkan sejak zaman Hindia Belanda. Ia isteri Ki Tjondrolukito, seorang abdi dalem Keraton Yogja yang mengajarkan nada-nada kepada isterinya. Selain berlatih olah vocal, dia juga belajar menari di Dalem Danurejan pada usia 12 tahun. Setelah diangkat sebagai seniman kraton, ia diberi nama Padhasih oleh Sri Sultan HB VIII. Tebaran karya Nyi Tjondrolukito dengan uyon-uyon khas Yogjakarta atau Mataraman dihasilkan sejak bergabung dalam Kerawitan RRI Jakarta dan rekaman di banyak perusahaan. Karya Yang terkenal adalah gaya dan cengkok yang khas dalam membawakan gending Kutut Manggung dan Jineman Uler Kambang, yang sampai sekarang ini masih menjadi panutan semua pesinden, terutama dalam pagelaran wayang kulit. About Album Album berjudul Gending Gending Upacara Penganten Yogya dan Solo ini diproduksi oleh Fajar Record pada tahun 1994. Fajar Record adalah sebuah label rekaman yang mengkhususkan diri dalam penerbitan musik atau lagu-lagu dari daerah Jawa Tengah. Dalam Album yang diiringi oleh karawitan Ngesthi Budoyo pimpinan Ki Tjondrolukito ini Nyi Tjondrolukito menembangkan 8 buah lagu. Empat tembang merupakan pengiring prosesi upacara pengantin adat Yogya, dan empat tembang lainnya untuk upacara pengantin adat Solo. Dalam album tersebut Nyi Tjondrolukito tampil dengan cengkok yang berbeda dengan tidak mengikuti gaya sinden pada umumnya. Story Selama hidupnya, Nyi Tjondrolukito teguh menjaga nama baik pesinden. Ia mengembalikan peran pesinden sebagai seniman sejati dan membaktikan seluruh hidupnya untuk menghidupkan kesenian karawitan. Hingga tutup usia di tahun 1997, Nyi Tjondrolukito telah menciptakan setidaknya 200 tembang dan suaranya telah diabadikan dalam lebih dari 100 album rekaman kaset. Ia juga menggubah lirik beberapa tembang Jawa semisal Dhandanggula. Selain berkarya penuh sebagai penggubah tembang, Nyi Tjondrolukito juga mendirikan Sekolah Tari Ngesti Budaya, Untuk mengenang jasa dan kiprahnya memajukan dunia sinden Indonesia, pemerintah Kabupaten Sleman pun mengabadikan namanya menjadi nama jalan. Jalan Nyi Condrolukito digunakan untuk mengganti nama Jalan Monumen Jogja Kembali. Jalan Nyi Condrolukito membentang sejak ruas jalan dari Petinggen Batas Kota hingga perempatan Monumen Jogja Kembali. Value Rekaman ini menunjukkan keanekaragaman budaya dalam adat istiadat upacara penganten yang terdapat di Indonesia. Lagu-lagu yang mengiringi prosesi pernikahan di dua daerah yang berdekatanpun, yaitu Yogya dan Solo ternyata memiliki karakter yang berbeda. Belum lagi upacara pernikahan yang ada di daerah-daerah lain di nusantara. Writer Usman Mansur-Museum Musik Indonesia
JAKARTA - Dalam tradisi pernikahan adat Solo, dukuan paes alias perias pengantin memiliki posisi yang cukup istimewa. Tidak sembarangan orang yang bisa menjadi pemaes. Ada pengalaman yang harus dilalui dan ritual yang harus dijalani."Dukun paes itu perias manten. Perias manten di Jawa itu tidak serta merta seperti sekarang make up artist atau semacamnya. Karena mereka harus puasa, ada ritual tertentu," tegas Kepala Bidang Informasi dan Promosi Anjungan Jawa Tengah Taman MiniIndonesia Indah, Retno Palupi, kepada Berpuasa bagi dukun paes bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. "Harapannya, yang dipaesi dan memaesi akan tersambung secara spiritual. Karena pada saat itu pengantin pasti akan terlihat berbeda. Makanya sebelum itu dia dilulur, dimangir, mandi kembang. Itu tujuannya agar pada saat perhelatan besar, dalam bahasa Jawanya orang akan manglingi. Kalau dalam bahasa Indonesianya pokoknya berubahlah gitu. Karena biasanya ada kok yang orangnya biasa-biasa saja, tapi pada saat menikah auranya seperti keluar," ujar setiap prosesi pernikahan, seperti midodareni dan ijab kabul, pengantin perempuan akan dirias dengan cara yang berbeda. Pakaian yang digunakan saat siraman hanya menggunakan basahan, yaitu kemben. "Kemben itu pakai kain jumputan. Warnanya itu ada merah, kuning, hijau. Itu terserah selera dari pengantin. Tapi coraknya jumputan," jelas untuk midodareni, biasanya pengantin perempuan sudah menggunakan kebaya. Tapi pada bagian dahi kepala sudah dirias diberi blok warna hitam tapi masih polos. Setelah itu saat melangsungkan pernikahan pada umumnya pengantin menggunakan kebaya dan dianjurkan berwarna putih. Menurut Retno, jika tidak menggunakan kebaya putih, pengantin akan menggunakan kain kebesaran. "Baju kebesaran pernikahan jawa itu warnanya hitam panjang," tahapan resepsi pengantin akan menggunakan busana adat basahan alias dodotan. Retno menambahkan, ada perbedaan busana basahan Solo dan Yogyakarta. Kalau Yogyakarta terdapat goresan prada emas di kain. Sedangkan Solo hanya hitam adat yang sarat filosofi tidak hanya terdapat pada busana dan riasan pengantin. Namun juga pada dekorasi ruangan. Pada pernikahan Kahiyang Ayu yang akan dilaksanakan di Gedung Graha Saba Buana, dekorasi ruang akan didesain dengangebyok Jepara dan bernuansa sepasang wayang Kamajaya dan dan Kamaratih ialah cerita falsafah jawa seperti Romeo dan Juliet dalam sastra Eropa. "Kalau kataorang jawa, orang paling tampan dan cantik di semesta ya kamajaya dankamaratih. Dan keduanya sudah seperti perumpamaan untuk pasangan yang serasi, romantis, langgeng dan mesra. Jadi untuk mengammbarkan sepasang lovers ituseperti Kamajaya dan Kamaratih, ucap gebyok alias seni ukir kayu khas Jawa pada umumnya dibagi menjadi dua tipe. Yaitu Jepara dan Kudus. Gebyok Jepara hanya memiliki dua dimensi, sedangkan Kudus tiga dimensi. Gebyok Kudus memiliki tampilan yang lebih rumit dan mewah. Tentunya harganya juga lebih untuk melengkapi prosesi pernikahan, musik tradisional karawitan akan mengiringi acara. "Karawitan itu ya gending, gending jawa. Gending jawa itu ya seperti mungkin kalau di berbagai daerah atau bahkan di berbagai belahan dunia ada musik yang dimainkan secara khusus untuk acara tertentu," jelas pernikahan ada gending kebo giro. Yaitu untuk arak-arakan pernikahan. Hal tersebut sudah menjadi patron bagi orang Jawa Tengah. Saat pengantin diiring menuju pelaminan, lagu yang mengalun adalah gending kebo giro. Sedangkan alat alat dalam karawitan diantaranya adalah godang sarong, gondang kenong, gong, kendang."Ini memang musik tradisional untuk Jawa. Untuk Jawa Tengah sama semua. Hanya saja tergantung bujet, kalau yang mampu ya pasti live. Kalau tidak mampu ya pakai rekaman," tutup Retno.
Oleh Ani Rachman,Guru SDN Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi - Upacara perkawinan adat Jawa biasanya menggunakan adat istiadat yang berlaku di Jawa. Perkawinan adat Jawa mempunyai beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan upacara perkawinan yang menggunakan adat Jawa, sebagai berikut Persiapan pernikahan Sebelum upacara pernikahan dilaksanakan, keluarga harus mempersiapkan beberapa hal untuk mendukung kelancaran acara. Salah satu acara yang harus dipersiapkan jauh hari adalah pemaes. Pemaes merupakan dukun pengantin wanita yang menjadi pemimpin dari acara pernikahan. Pemaes mengurus dandanan dan pakaian pengantin perempuan dan pemaes, dalam persiapan pernikahan, keluarga juga harus menyiapkan panitia kecil. Panitia terdiri dari teman dekat dan keluarga dari kedua mempelai. Panitia ini akan mengurusi beberapa keperluan dalam pelaksanaan pernikahan, seperti protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi ruang resepsi, pembawa acara, pidato pembuka, dan lain-lain. Baca juga Mengenal Upacara Puputan Adat Jawa Pemasangan Tarub Tarub adalah dekorasi yang menggunakan tumbuhan sebagai bahan utamanya. Tarub dapat terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa, dan daun beringin. Tarub ini dipasang di pintu gerbang dari rumah orangtua pengantin wanita, sehari sebelum pelaksanaan acara pernikahan. Selain Tarub, dipasang juga bleketepe di atas pintu gerbang. Bleketepe adalah semacam tirai yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Kembang Mayang Dekorasi yang dipasang dalam upacara pernikahan adalah sepasang kembang Mayang kembar. Kembang Mayang yang digunakan sebagai hiasan akan diletakkan di samping kanan dan kiri kursi pelamin.